Ini cerpen kedua gue di BLOG ini, cerpen stok sihh... :p Ini cerpen kisah nyata dicampur fiksi, tebak mana fiksi mana nyata :D. Ke inspirasi sama lagunya Maliq and D'Essential yang judulnya Berbeda :) Enjoy it,guys!
Sepulang hunting foto,
aku dan Dia beristirahat di sebuah taman. Aku duduk disamping Dia di bangku
taman.
“Aku udah punya cewek. Kamu udah tau kan?” Kata Dia tiba-tiba.
DEG! Jantungku seakan berhenti tiba-tiba. Dia udah punya seseorang?
Ga mungkin. Pasti bohong. Aku memegang kameraku erat2 yang sedari
tadi aku pegang. Bukan takut jatuh tapi aku menahan rasa sakit hatiku. Aku juga
menggigit bibirku, tanda bahwa aku benar-benar menahan rasa sakit hati.
“Oh, aku belum tau kok. Baru tau sekarang, dari kamu” Kataku
berbohong menutupi rasa sakit hatiku. “Emang cewek itu anak mana?”
Dia menggeleng, “Kamu ga perlu tau deh.”
Bunyi serangga musim kemarau memenuhi taman. Sudah musim
kemarau lagi dan aku tidak begitu suka karena
sinar matahari di musim kemarau terik sekali. Entah berapa lama aku dan
Dia sibuk melihat hasil foto hasil jepretan kami masing-masing.
“Aku juga udah tau. Kamu suka aku kan? Umm, enggak, bukan suka tapi mencintaiku. Menginginkanku. Iya kan?” Tanya Dia tiba-tiba
menganggu keasyikanku melihat foto-foto hasil jepretanku yang menurutku tidak
terlalu buruk.
Aku berhenti memijit tombol Next di kameraku. Lagi-lagi aku merasa jantungku berhenti tiba-tiba
dan tubuhku kaku. Kenapa Dia tahu perasaanku? Apa selama ini aku benar-benar
memperlihatkan perasaanku pada Dia? Ah, begonya aku. Aku harus jawab apa? Apa
aku berkata jujur saja, kalau aku emang menginginkan Dia jadi milikku?
Aku lirik Dia, Dia masih asyik dengan foto hasil
jepretannya. Tiba-tiba dia berteriak, “Damn!
Over exposure!”
“Mana? Mana? Mana yang over? Pengen liat dong…” Kataku sambil mendekati Dia.
“Udah aku hapus. Jelek habisnya. Ga pantes buat diliat sama
kamu.” Kata Dia tanpa memperdulikan aku.
Aku manyun. Dia selalu seperti ini, ketika ada suatu hal
yang menurutnya jelek dan aku ingin melihatnya, dia selalu bilang “Udah aku
ilangin. Ga pantes buat diliat sama kamu”. Aku tak tahu maksudnya apa, tapi
kata temanku,
“Itu artinya Dia ga pengen ngeliatin kamu sesuatu yang
jelek. Artinya juga Dia pengen yang terbaik buat kamu. Ciee…so sweet deh cowok
kaya gitu.”
Tiba-tiba Dia memperlihatkan salah satu foto hasil
jepretannya padaku, “Liat nih…”
Foto itu foto aku. Dia memfotoku candid. Aku speechless. Sepertinya
kali ini dia mencoba membuat pipiku merah dengan sikap Dia yang selalu
membuatku melayang senang.
“Hey, kamu cantik juga ya. Hehehe.” Kata Dia mencoba memujiku sambil tersenyum.
“Ya iyalah…kamu baru tau ya? Hehehe.” Jawabku sambil
menutupi rasa senangku yang semakin menggila.
“Kamu suka aku kan?” Tanya Dia. Lagi-lagi pertanyaan itu.
Memang aku suka Dia. Aku menyayanginya, bukan sebagai teman
tapi sebagai seseorang yang berarti buatku. God,
I do love him. I wanna him. Sudah lama aku memendam perasaan ini tapi aku
tidak berani mengatakannya. Apalagi aku tipe cewek tertutup yang selalu berusaha keras untuk menutupi perasaan yang sedang dirasakan. Aduh, aku mesti jawab apa nih? Apa aku ngatain aja yang
sebenernya? Aku ingat kata temanku lagi,
“Kalau lo udah ga kuat nahan rasa di hati lo, omongin aja
deh. Tapi ya lo jadi gambling. Dia
bakalan ngebales perasaan lo juga atau sebaliknya.”
God, aku udah ga
kuat nahan rasa ini. Yes, aku mau
ngatain sekarang. Aku ga peduli, Dia sudah memiliki seseorang, yang terpenting Dia tahu bahwa aku benar2 menginginkan Dia.
Aku menarik napasku dalam-dalam, “Emang, aku suka kamu. Aku
sayang kamu. Aku pengen selalu ada di deket kamu”
Aku memegang kameraku erat-erat lagi dan mengigit bibirku.
Kebiasaan memegang benda erat-erat dan mengigit bibir aku lakukan kalau sedang
dalam situasi tidak nyaman atau nervous saat menunggu suatu hal. Jantungku
berdegup kencang. Ada rasa penuh percaya diri dalam diriku walaupun Dia sudah
memiliki seorang kekasih. Aku yakin aku ada di hati Dia. Aku ingat beberapa
hari yang lalu Dia berkata,
“I miss you. Wanna
share with you again”
Beberapa temanku berkata, “Serius udah bilang gitu?
Wahh…lampu ijo tuh.”
Bukan sekali Dia berkata “Miss you” padaku, tapi berkali-kali. Jadi, aku yakin Dia menyimpan
aku di hatinya.
Dia masih asyik dengan foto-fotonya seperti tak mendengarkan
pengakuanku. Aku menutup LCD kameranya
dengan tanganku.
“Hey!” Teriaknya.
Aku menatapnya saat Dia berteriak padaku, “Kamu ga dengerin
aku ya tadi?”
Dia menatapku tajam. Kali ini wajahnya benar-benar serius.
Aku sedikit takut, entah kenapa. Aku belum pernah melihat Dia seserius ini.
“Aku denger kok. Aku denger semuanya. Tapi…sorry. Kamu udah salah paham selama ini.”
“Maksudnya?”
Dia merubah posisi duduknya. Kali ini Dia duduk sila di atas
bangku taman dan Dia letakkan kameranya di dekat kakinya. Aku pun merubah
posisi dudukku jadi bersila. Aku dan Dia duduk bersila saling berhadapan
seperti sedang latihan yoga. Aku masih memegang kameraku.
“Sorry banget ya.
Sebelum kenal kamu aku udah sama seseorang itu, jadi…”
“Jadi aku bener-bener ga pernah ada di hati kamu?” Aku
memotong kalimatnya langsung. “Jadi aku salah ya sayang sama kamu…”
Dia menghela napas panjang, “Hey,jangan gitu dong. Jangan terus-terusan
nyiksa diri kamu buat cinta aku. Ga usah deh, buang waktu kamu buat ngerubah hati
aku. Aku ga mau bikin hati kamu lebih sakit gara-gara aku. Kamu teman aku. Just it. Hati aku.... udah ada yang milikin.”
“Terus yang selama ini kamu baik sama aku? Perhatian?
Ngawatirin? Menurutku, itu bukan sesuatu yang normal buat seorang TEMAN!”
Aku meninggikan nada pada kata TEMAN.
Aku meninggikan nada pada kata TEMAN.
Masih dengan wajah yang serius tapi sedikit tersenyum, “Gini
ya, kamu tau kan kalau temen cewek aku banyak? Aku deket sama mereka, kaya aku
deket sama kamu. Aku perhatian sama
kamu, ya…karena kamu teman aku. Aku kangen sama kamu karena kamu teman aku. Sorry ya, kamu jadi salah paham kaya gini. Aku ga nyangka, kamu bisa salah paham kaya gini.”
Damn! Bego, bodoh,
idiot. Aku bener-bener berasa seperti anak kecil yang bisa dibodohi kapan saja.
Aku menghela napas panjang dan menyimpan kameraku yang sedari tadi digenggam
erat, di atas bangku. Kameraku dan kameranya saling berhadapan. Beberapa saat
yang lalu aku masih merasa melayang-layang bahagia dengan kata-kata manisnya.
Di detik ini tiba-tiba aku terjatuh seperti terjatuh di atas jalan yang penuh
batu. Sakit.
Pertama, Dia berkata sudah punya kekasih. Lalu, Dia memuji
aku. Setelah itu, Dia berkata lagi Dia tidak memiliki perasaan yang sama
sepertiku. Aku seperti mainan yoyo yang bisa semudah itu ditangkap lalu dilempar ke bawah, lalu ditarik dan ditangkap lagi. Sakit. God, really really hurt.
Wajah seriusnya sedikit menghilang dan Dia tersenyum,
“Mungkin kamu harus
kenal aku lebih deket lagi.”
Aku merasa mual melihat wajahnya kali ini. Tanpa aku sadari,
air mata yang aku tahan sedari tadi sedikit demi sedikit mulai menggenangi
mataku.
“Bohong kan ini semua? Kamu bercanda kan? Aku ga percaya
kalo kamu ga sayang aku. Aku tau kalau di hati kamu ada aku, walaupun sedikit,
iya kan?”
“Ga, aku ga bohong. Aku nganggep kamu Cuma temen…sorry.”
“Temen? Cuma itu? Aku ga pernah punya temen yang bilang ‘miss you’ berkali-kali, aku ga pernah
punya temen yang ngibur aku dengan mengelus kepala, aku juga ga pernah punya
temen yang perhatian banget sama aku! Aku ga pernah punya TEMEN yang selalu merhatiin aku kapan pun itu”
“Sekarang ada, aku orangnya.”
Damn! Makin mual
aku melihat mukanya. Aku benci saat mendengar “Cuman temen”. Damn! Damn! Damn! Makin terasa air mata menggenangi mataku. Aku terisak
menangis.
Dia menunduk dan berkata pelan, “Sorry. Aku ga maksud buat kaya gini. Aku Cuma… jadi diri sendiri
aja. It is me. Sorry.”
Dengan mata penuh air mata dan sedikit terisak aku berkata,
“Terus Cuma aku? Cuma aku yang salah paham gini? Apa semua temen-temen kamu
yang cewek salah paham juga? Kalau aku aja…berarti aku emang bego!”
“Kenapa kamu suka sama aku?” Dia balik bertanya padaku tanpa
menjawab pertanyaanku.
“Kamu beda. Kamu aneh. Kamu baik. Kamu bener-bener beda dan
bikin aku tertarik.” Jawabku sambil terus terisak menangis. “…dan kamu udah
bikin aku gila.”
Dia melihat jam di tangannya, “Udah siang…”
“Hey, mungkin emang bener aku salah paham nanggepin ini
semua. Aku pengen lebih dari temen tapi kamu engga. Aku terlalu naïf. Sangat
naïf. Hari ini aku bener-bener tau dan berasa kenal kamu banget. Makasih ya
udah bikin aku kaya gini.” Kataku sambil mengusap air mataku yang tak bisa
berhenti membasahi mataku.
Dia memasukan kamera ke dalam tas kameranya dan berkata,
“Hey tau ga, kalau udah situasi kaya gini, ga ada yang salah. Ga pernah salah.
Kamu sayang aku pun ga salah. Aku nganggep kamu temen pun ga salah. Kita Cuma
berbeda. Berbeda dalam ngeliat cinta. Kamu ngeliat cinta yang berbeda dengan
cinta yang aku maksud.”
“Cinta yang kamu maksud itu adalah perasaan sayang antara
laki-laki dan perempuan. Itu alamiah dan normal. Sedangkan cinta yang aku
maksud antara aku dan kamu yaitu, ya... kasih sayang seorang teman. Itu saja. ”
“Mungkin kalau kamu ngeliat cinta di antara kita dari angel lain, kamu baru
bisa ngeliat cinta yang aku maksud ini kan?
Kataku retoris.
Aku menatapnya untuk terakhir kalinya dan berkata, “Kamu
bener-bener aneh. You are so complicated,
u know. Complicated and I love you. Damn it!”
Dia berdiri dari bangku taman dan tertawa, “Yang aneh itu
kamu, udah tau aku aneh kok masih suka aku? Heheh.”
Aku tersenyum dan segera memasukan kameraku ke dalam tas
kamera. Aku berdiri hendak meninggalkan taman. Tapi sebelum meninggalkan taman
Dia berkata,
“I will miss you.”
Aku menggeleng sambil berkata, “I will miss you too.”
Dia mengelus kepalaku lagi sambil tersenyum.
Aku dan Dia meninggalkan taman bersama-sama dan berjalan ke
arah yang sama dengan suasana yang hening tanpa obrolan. Langkah kaki pun tak
terdengar.
Bandung, 24April 2012.
Mau tau lirik Berbeda nya? Nih gue kasih disini-->Berbeda lyrics